BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Seiring dengan berkembangnya
teknologi yang semakin pesat, seiring itu juga semua teknologi yang bersifat
analog telah berganti menjadi serba digital. Pengaruh atau dampak globalisasi
tidak dapat di elakkan lagi. Akibat dari itu, sedikit demi sedikit orang orang
telah melupakan semua hal atau media yang bersifat analog dan lebih memilih
menggunakan teknologi yang bersifat digital karena lebih praktis dan mudah.
Dengan kata lain
media media tradisional mulai terkikis dengan sendirinya. Media media yang ada
telah berubah secara drastis. Pesan pesan tradisional juga mulai hilang dengan
sendirinya oleh karena dampak dari itu. Karena memang ketika media telah
berubah. Secara otomatis pesan juga berubah
1.1 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Pesan Tradisional?
2. Lewat
media apakah pesan tradisional tersebut disampaikan?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui apa yang
dimaksud pesan tradisional
2.Agar pembaca tau lewat apakah
pesan tersebut disampaikan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
pesan
Pesan merupakan bagian dari
unsur-unsur komunikasi, Hafied Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi
menyatakan bahwa “Dalam proses komunikasi, pengertian pesan adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap
muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda”.Pengertian pesan itu sendiri
menurut Onong Uchjana Effendy adalah merupakan terjemahan dari bahasa asing
“message” yang artinya adalah lambang bermakna (meaningful symbols), yakni
lambang yang membawakan pikiran atau perasaan komunikator.(Effendy, 1993:15)
Menurut kedua pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa pesan adalah suatu gagasan (ide) yang dituangkan dalam
lambang-lambang untuk disebarkan dan kemudian diteruskan oleh komunikator.Para
ahli komunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan komunikan dan
mengapa “know your audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi.
Sebabnya adalah karena penting sekali mengetahui:
a. Waktu yang tepat untuk suatu
pesan
b. Bahasa yang harus dipergunakan
agar pesan dapat dimengerti
c. Sikap dan nilai yang harus
ditampilkan secara efektif
d. Jenis kelompok dimana komunikasi
akan dilaksanakan.
(Effendy, 1993:42)
Untuk menciptakan komunikasi yang
baik dan tepat antara komunikator dan komunikan, pesan harus disampaikan sebaik
mungkin, hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyampaian pesan yaitu:
a) Pesan
itu harus cukup jelas (clear). Bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit-belit
tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas.
b) Pesan
itu mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct). Pesan itu berdasarkan
fakta, tidak mengada-ada dan tidak meragukan.
c) Pesan
itu ringkas (concise) tanpa mengurangi arti sesungguhnya.
d) Pesan
itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup pesan mencakup
bagian-bagian yang penting yang patut diketahui komunikan.
e) Pesan
itu nyata (concrite), dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan data dan fakta
yang ada dan tidak sekedar kabar angin.
f) Pesan
itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis.
g) Pesan
itu menarik dan meyakinkan (convinsing). Menarik karena dengan dirinya sendiri
menarik dan meyakinkan karena logis.
h) Pesan
itu disampaikan dengan segar.
i)
Nilai pesan itu sangat
mantap, artinya isi di dalamnya mengandung pertentangan antara bagian yang satu
dengan yang lainnya. (Siahaan, 1991:73)
Supaya pesan komunikasi mencapai
sasaran yang dituju, maka diperlukan adanya faktor daya tarik, kejelasan dan
kelengkapan yang dipergunakan.
Dikatakan oleh Schramm, untuk
menciptakan daya tarik, pesan hendaknya dirancang dan disampaikan dengan
sedemikian rupa dan dilandasi upaya membangkitkan kebutuhan pribadi dan
menyarankan beberapa cara memperoleh kebutuhan tersebut. (Effendy, 1985: 339)
Faktor daya tarik pesan berkaitan
dengan motif komunikan. Disini dibutuhkan suatu imbauan pesan yang maksudnya
adalah upaya komunikator untuk menyentuh motif yang dapat menggerakkan atau
mendorong perilaku komunikan. (Rakhmat, 1993:298)
Kemudian secara
umum juga pesan dapat dibagi menjadi dua, yaitu pesan verbal dan non-verbal :
A. Pesan Verbal
Simbol atau
pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa
dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas.
Jalaluddin
Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara fungsional dan formal. Secara
fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk
mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama, karena bahasa hanya
dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial
untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa diartikan sebagai semua kalimat
yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut peraturan tatabahasa. Setiap
bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan
supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya
dapat menukar uang?” akan disusun dengan tata bahasa bahasa-bahasa yang lain
sebagai berikut:
-
Inggris: Dimana dapat
saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
-
Perancis: Di mana dapat
saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
-
Jerman: Di mana dapat
saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
-
Spanyol: Di mana dapat
menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tatabahasa meliputi
tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan
tentang bunyi-bunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang arti kata atau
gabungan kata-kata.
1.Fungsi
Bahasa.
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005), bahasa
mempunyai tiga fungsi: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan
transmisi informasi.
Penamaan atau penjulukan merujuk
pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau orang dengan menyebut
namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.Fungsi interaksi menekankan
berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau
kemarahan dan kebingungan.
Melalui bahasa,
informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut fungsi
transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi informasi
yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan,
memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L.
Book (1980), dalam Human Communication: Principles, Contexts, and Skills,
mengemukakan agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi
tiga fungsi, yaitu:
A. Mengenal
dunia di sekitar kita. Melalui bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik
minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai
pada kemajuan teknologi saat ini.
B. Berhubungan
dengan orang lain. Bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk
kesenangan kita, dan atau mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita.
Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang
di sekitar kita.
C. Untuk
menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Bahasa memungkinkan kita untuk
lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita, kepercayaan-kepercayaan
kita, dan tujuan-tujuan kita.
2.
Keterbatasan Bahasa:
a. Keterbatasan
jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori
untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan,
dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata
hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian,
kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara
eksak.Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya
baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
b. Kata-kata
bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena
kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda,
yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang
mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam.[1] Misalnya: tubuh orang itu
berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang
berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
c. Kata-kata
mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh
karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan
subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang
(kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau
kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang
yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman
ketiaka mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang
Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan
Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan
dengan kata Latin communis yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila
kita memiliki makna yang sama. Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk
bila kita memiliki pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan
pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut isomorfisme.
Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama,
status sosial yang sama, pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya
mempunyai sejumlah maksimal pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada
isomorfisme total.
d. Percampuranadukkan
fakta, penafsiran, dan penilaian.
Dalam berbahasa kita sering
mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah
ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam
pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari
kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang
bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang
dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?
.... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari
nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap
orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara,
menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai
selingan di antara jam-jam kerjanya.
Ketika kita
berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal
atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah
alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa
di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana
mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan
berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
B. Pesan Nonverbal
Komunikasi
nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah
nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di
luar kata-kata terucap dan tertulis. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan
komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis
komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang
kita lakukan sehari-hari.
1.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin
Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut:
·
Pesan kinesik. Pesan
nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga
komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.
-
Pesan fasial
menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Leathers (1976) menyimpulkan
penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan
penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah
komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah
mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan;
c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d.
Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan
sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.
-
Pesan gestural
menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk
mengkomunikasi berbagai makna.
-
Pesan postural
berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan
adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap
individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada
diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di
depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat
bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila
postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.
·
Pesan artifaktual
diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk
tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang
lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya
dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan
kosmetik.
·
Pesan paralinguistik
adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan
verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila
diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai
parabahasa.
·
Pesan sentuhan dan
bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah
kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui
sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang,
takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
Bau-bauan, terutama yang
menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk
menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan
emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.
2. Fungsi pesan
nonverbal.
Mark L. Knapp
(dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan
dengan pesan verbal:
a. Repetisi,
yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya
setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
b. Substitusi,
yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita
berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
c. Kontradiksi,
menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal.
Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata
”Hebat, kau memang hebat.”
d. Komplemen,
yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda
menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
e. Aksentuasi,
yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda
mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu,
Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam
alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu:
a) Factor-faktor
nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita
mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan
pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih
banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b) Perasaan
dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c) Pesan
nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan,
distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator
secara sadar.
d) Pesan
nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas
telah kita paparkan pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi,
kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi.
e) Pesan
nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan
pesan verbal. Dari segi waktu, pesan verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan
verbal selalu terdapat redundansi, repetisi, ambiguity, dan abtraksi.
Diperlukan lebih banyak waktu untuk mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f) Pesan
nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi
yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung.
Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit
(tersirat).
2.2
Pengertian
komunikasi Tradisional
Komunikasi tradisional adalah
proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain, dengan menggunakan
media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum
kebudayaannya tersentuh oleh teknologi modern.
Pada zaman dahulu, komunikasi
tradisional dilakukan oleh masyarakat primitif dengan cara yang sederhana.
Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan
jarang digunakan, namun masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakan
komunikasi tradisional, misalnya masyarakat pedesaan di daerah Bali. Komunikasi
tradisional mempunyai beberapa bentuk diantaranya :
-
Lambang isyarat (body
language)
-
Simbol
-
Gerakan
-
Bunyi-bunyian
2.3
Pesan
dalam Komunikasi Tradisional
Berdasarkan uraian pesan dan
Komunikasi Tradisional diatas, dapat disimpulkan bahwa pesan dalam komunikasi
tradisional adalah lambang atau simbol yang mewakili pikiran atau perasaan
komunikator yang ditujukan kepada receiver dengan menggunakan media tradisional
yang sudah lama digunakan sebelum tersentuh oleh teknologi modern. Pesan
tersebut juga telah diturunkan dari orang terdahulu kepada generasi penerusnya
menjadi sebuah adat/budaya yang dilestrarikan sesuai dengan tempat dan keadaan
lingkungan masing-masing daerah. Pada umumnya, pesan dalam komunikasi
tradisional adalah upacara-upacara ataupun ritual-ritual tertentu untuk
pearayaan, peraturan, upacara keagamaan, hal-hal
tabu, dan lain sebagainya sesuatu, dimana upacara-upacara ataupun ritual-ritual
tersebut mengandung unsur spiritual dan mempunyai tingkat keyakinan yang tinggi
terhadap penganut budaya itu sendiri. Pesan yang disampaikan melalui media
tradisional tersebut bisa berupa tarian, alat musik, lagu,upacara penyambutan,
upacara perayaan, dan lain sebagainya. Ada beberapa wujud kebudayaan di
Indonesia yaitu :
a. Rumah
adat
b. Upacara
adat
c. Tarian
d. Lagu
e. Musik
f. Seni
gambar
g. Seni
patung
h. Pakaian
adat
i.
Seni suara
j.
Seni sastra
k. Makanan
Dari
beberapa wujud diatas kita ambil upacara adat dari daerah Aceh yaitu Peusijuk,
adat yang sering dilakukan masyarakat di daerah Aceh ini merupakan suatu bentuk
ritual untuk memberkati sesuatu yang mungkin akan membawa kemalangan terhadap
seseorang. Misalnya, kita baru saja membeli suatu barang yang menjadi kebutuhan
kita, untuk memberkati barang tersebut agar tidak membawa kemalangan ataupun
musibah kepada pemiliknya, maka barang dan pemilik barang tersebut akan di
Peusijuk.
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Setelah
beberapa uraian diatas mengenai pesan dalam komunikasi tradisional dapat
disimpulkan bahwa pesan dalam komunikasi tradisional menjadi bagian penting
dalam proses komunikasi dimana pesan bisa berupa upacara, tarian, lagu, dan
lain sebagainya. Hal ini berkaitan dimana pesan-pesan dalam komunikasi
tradisional sudah jarang digunakan oleh seorang komunikator karena kemajuan
teknologi yang sangat pesat. Tugas kita adalah melestarikan apa yang sudah
menjadi kebiasaan dari dulu hingga sekarang agar kita dapat menyampaikan pesan
kepada generasi seterusnya.
Daftar Pusaka
Deddy Mulyana, 2005,
Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Jalaludin Rakhamat,
1994, Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya.
Onong Effendy, 1994,
Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia
0 comments:
Post a Comment