Tuesday, April 11, 2017

Klasifikasi Dalam Dasar-dasar logika

BAB I
PEMBAHASAN


1.1         Latar Belakang
Kata “logika” sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Lazimnya, kata itu cenderung diartikan sebagai sesuatu yang masuk akal, wajar, pantas, bisa dimengerti. Misalnya: “Logis sekali kalau dia akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja. Dia malas”. Atau “Menurut logika, dia mestinya tidak dapat gagal”. Kadang-kadang kata logika juga digunakan dalam arti budaya, atau cara berpikir. “Itu memang logikanya orang Batak, tembak langsung”. “Begitulah logikanya orang Jawa, halus dan berputar-putar”.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan sebagai“Teori tentang penyimpulan yang sah”. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Logika memang mempunyai prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang harus dipelajari. Sama seperti orang yang mau menguasai olahraga sepak bola, dia harus mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik sepak bola. Atau kalau mau berbahasa Indonesia secara baik dan benar, orang harus mempelajari kaidah-kaidah bahasa Indonesia.
Namun, pengetahuan mengenai prinsip dan kaidah saja belum menjamin bahwa orang mampu bernalar secara logis. Tidak semua orang yang memiliki pengetahuan tentang prinsip dan kaidah, pasti dan serta merta dapat menerapkan logika secara benar. Sama halnya seorang yang benar-benar menguasai teori tentang prinsip dan teknik sepak bola belum tentu mampu mempraktikkannya dengan sama baiknya. Ataupun ahli bahasa, misalnya, tidak terlalu serta merta dapat berbahasa dengan baik dan benar. Maka orang yang mau benar-benar menguasai permainan sepak bola, harus berlatih dengan serius. Atau supaya dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan juga latihan. Demikian juga logika. Penguasaan kaidah logika (ilmu) perlu dilengkapi dengan seni/keterampilan bagaimana menerapkan prinsip-prinsip atau metode-metode berlogika yang tepat dalam latihan terus menerus (seni).
Begitu juga dalam ilmu logika atau biasa disebut dengan ilmu mantiq terdapat salah satu disiplin ilmu tersendiri yang biasa disebut dengan pembagian atau analisis dan klasifikasi yang mana menjadi suatu disiplin ilmu yang sangat penting dalam sains, sosiologi, dan berbagai ilmu lainnya. maka dari itu kami akan mencoba membahas tentang pembagian dan klasifikasi.
Klasifikasi ialah pengelompokan barang yang sama dan memisahkan dari yang berbeda menurut spesianya. Dalam  kehidupan sehari-hari pekerjaan mengelompokkan semacam itu sangat sering kita lakukan. Para penjual buah-buahan menyusun dagangannya dengan beberapa cara, berdasarkan macam buah yang dijual, berdasarkan harganya, dan berdasarkan besar kecilnya buah-buahan. Para ilmuwan membuat klasifikasi ilmu menjadi tiga golongan besar, ilmu-ilmu sosial, ilmu-ilmu kealaman, dan ilmu-ilmu humaniora. Pengelompokan barang-barang ini tidak lain  agar kita mudah dalam berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa kita bayangkan jika buku diperpustakaan tidak ditata sesuai klasifikasinya pastinya kita akan kesulitan mencari buku itu.
Manusia primitif mengelompokkan binatang menjadi binatang berbisa dan tidak berbisa, membedakan antara tumbuh-tumbuhan menjadi tumbuhan yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan.
Pengelompokkan barang-barang ini tidak lain agar kita mudah berhubungan dengan benda-benda itu. Bisa dibayangkan sulitnya mencari satu judul buku bila buku-buku dalam perpustakaan ditumpuk begitu saja tanpa dibuat klasifikasinya.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah klasifikasi itu?
2.      Bagaimana pembagian dalam klasifikasi?
3.      Bagaimana penggolongan dalam klasifikasi?
4.      Bagaimanakah macam-macam klasifikasi?
5.      Bagaimana hukum-hukum dalam klasifikasi?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Klasifikasi
Persoalan klasifikasi adalah bagaimana seseorang pada hakekatnya dapat membagi-bagi sesuatu pengertian ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil, baik mengenai isi maupun luasnya. Berarti bahwa dapat dikatakan klasifikasi merupakan pembagian dalam bahasa umumnya. Pembagiannya sendiri dalam klasifikasi terdapat dua golongan, yaitu pembagian logis dan bukan pembagian fisik.
Dalam pembagian fisik,masing-masing bgaian pada umumnya tidak ada hubungan sama sekali dengan keseluruhannya. Misalnya, mobil bisa dibagi dalam beberapa bagian-bagian seperti roda, setir, kopling, rem, dan bagian lainnya. Namun dalam mobil tidak dapat dikatakan mobil apabila hanya memiliki satu bagian yang tadi saja, atau bagian yang di sebutkan tadi tidak bisa disebut dengan mobil bila bagiannya sendiri tidak lengkap. Lain halnya dengan logis, golongan ini sederhananya dibagi berdasarkan jenis. Seperti pada kendaraan roda empat, jenisnya sediri ada berbagai macam seperti truck, jeep, kontainer, sedan, dan lainnya.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahawa klasifikasi adalah sebuah cara atau metode untuk mengelompokkan sejumlah hal ke dalam satu atau beberapa sistem kelas, berdasarkan kriteria yang dimilikinya atau sesuai dengan ketetapan tertentu sehingga dapat diketahui hubungannya dengan bagian lainnya.
Misalnya konsep tentang segi tiga, konsep segitiga dapat dimasukkan dalam beberapa kelas/kelompok seperti: segi tiga sama sisi, segi tiga siku-siku, segi tiga sama kaki, dan sebagainya. Macam-macam segi tiga itu dalam logika disebut bagian logis (species); sedangkan konsep segi tiga sendiri disebut keseluruhan logis (genus). Bagian logis adalah suatu konsep atau pengertian mengenai hal-hal yang memilki ciri-ciri yang sama. Misalnya, kita ingin mengklasifikasikan pengertian makhluk hidup. Maka kita mempunyai tiga kelas secara logis, yaitu: manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. (makhluk hidup = genus, dan manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan = species).
Ada dua macam cara membuat klasifikasi, pertama dengan Pembagian dan kedua dengan Penggolongan. Dan dilihat secara metodis ada dua sistem klasifikasi, yaitu klasifikasi logis dan klasifikasi dikotomis.
1.      Klasifikasi logis adalah pembegian atau penggolongan kelompok-kelompok dalam suatu himpunan yang dimulai dar genus ke species terdekat dan demikian seterusnya sehingga mencapai infimae species. Klasifikasi logis itu memang baik, namun karena pengetahuan manusia terbatas untuk mengetahui semua anggota kelompok dari suatu himpunan (genus), pembagian atau penggolongan klasifikasi logis tidak mungkin lengkap.
Contoh :

2.      Klasifikasi dikotomis adalah pembagian genus ke dalam dua species yang saling bertentangan, seperti genus binatang dibagi ke dalam species yang saling bertentangan, yaitu reptilia dan bukan reptilia.
Contoh :




2.2  Dasar-Dasar Klasifikasi

1.      Berdasarkan Persamaaan
Kita dapat mengelompokkan makhluk hidup berdasakan persamaannya seperti pada sapi dan kuda. Dengan mengamati ciri-ciri nya kita dapat memasukkan kuda dan sapi ke dalam kelompok hewan bertulang belakang, atau ke dalam kelompok hewan menyusui (mamalia) karena memiliki kelenjar susu. Kuda dan sapi juga dapat dimasukkan ke dalam golongan hewan tetrapoda (berkaki empat) karena sama-sama mempunyai empat kaki.
2.      Berdasakan Perbedaan
Meskipun kuda dan sapi merupakan kelompok hewan mamalia, kita dapat pula memisahkannya sebagai kelompok yang berbeda berdasakan perbedaan cirinya. Misalnya, kuda memiliki jumlah jari yang ganjil pada setiap kakinya sehingga termasuk ke dalam kelompok mamalia berkaki ganjil (perisodactya). Sedangkan sapi memiliki jumlah jari genap pada setiap kakinya sehingga termasuk ke dalam mamalia berkaki genap (artioctyla), demikian pula pada kambing dan kerbau.
3.      Berdasarkan Manfaat
Pengelompokkan merupakan salah satu upaya dalam mengklasifikasi. Hampir setiap orang melakukan klasifikasi terhadap makhluk hidup. Dalam dunia tumbuhan, kita mengelompokkan mawar, melati, cemara, bugenfil sebagai tanaman hias. Kacang, jagung, dan ketela dikelompokkan ke dalam tanaman budidaya. Kacang tanah, kacang panjang, dan kacang merah dikelompokkan ke dalam kacang-kacangan. Klasifikasi dapat dilakukan siapa saja asal memiliki dasar dan tujuan yang jelas. Misalnya bayam, kol, kentang, kacang panjang, wortel, dan sawi dimasukkan ke dalam kelompok sayur-sayuran. Dasar pengelompokkan itu adalah bahwa tanaman-tanaman tersebut dapat digunakan sebagai sayuran, sedangkan tujuannya adalah untuk memudahkan manusia dalam memanfaatkan tanaman tersebut.
4.       Berdasarkan Ciri Morfologi Dan Anatomi
Klasifikasi didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri tertentu. Ciri yang digunakan terutama adalah ciri anatomi dan morfologi. Morfologi adalah ciri yang tampak dibagian luar tubuh, sedangkan ciri anatomi tampak di bagian dalam tubuh makhluk hidup. Pada tumbuhan ciri morfologi dapat digunakan seperti warna bunga, bentuk bunga, bentuk biji, kekerasan biji, bentuk pohon, bentuk daun, dan lain-lain. Atau pada ciri anatomi seperti ada tidaknya cambium, bentuk berkas pembuluh.
2.3  Pembagian dan Klasifikasi
Pembagian (Local Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupnya. Kita telah mengetahui tentang jenis (genera) dan spesia (kelas) sekedarnya. Telah disebut bahwa manusia adalah spesia, jenisnya adalah binatang. Perlu kita pahami bahwa pembagian logika atas jenis dan spesia suatu benda adalah tidak mutlak. Manusia adalah  spesia bila dilihat dari jurusan binatang; tetapi bila dilihat dari ras bangsa-bangsa, maka ia menjadi jenis. Demikian juga bangsa, ia adalah spesia, tetapi bila dilihat dari suku-suku bangsa yang dicakupnya maka ia menjadi jenis. Jadi spesia yang kita kehendaki tergantung daripada keluasan klasifikasi yang hendak kita buat. Bila kita datang di perpustakaan akan terlihat di sana klasifikasi buku-buku menjadi: karya umum, filsafat, agama, ilmu sosial, bahasa, ilmu murni, teknologi, seni sastra dan sejarah. Di sini subyek-subyek tersebut diperlakukan sebagai jenis. Tetapi apabila kita menanyakan kepada seorang pustakawan apa saja jenis koleksinya, ia akan menjawab, buku, surat, surat kabar, selebaran, jurnal, peta, film, mikrofilm, maka buku di sini diperlakukan sebagai spesia.
Secara umum klasifikasi dan pembagian maknanya tidak sama, klasifikasi merupakan padanan dari pembagian logis, sedangkan pembagian lebih tertuju pada pembagian fisik. Adapun perbedaan yang dapat dilihat jelas dari klasifikasi dan pembagian, yaitu:
·         Dalam pembagian keseluruhan fisik tidak dapat menjadi predikat dari bagian fisik tersebut. Misalnya: manusia, kita bagi menjadi beberapa bagian yaitu tangan, kepala, kaki, badan, dan sebagainya. Bagian-bagian tersebut jika dipisah tidak dapat disebut manusia. Sedangkan dalam klasifikasi, keseluruhan dapat menjadi predikat bagi bagian-bagiannya. Misalnya: makhluk hidup, kita dapat menyebutkan yang tergolong makhluk hidup seperti manusia, binatang dan tumbuhan.
·         Dalam pembagian, kita hanya dapat memecah sesuatu yang besar (baik jumlah maupun ukuran) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa suatu kriteria. Misalnya: rumah bagian kecilnya adalah isi dalam rumah tersebut seperti kamar. Namun kita tidak bisa mengatakan bahwa kamar itu adalah rumah. Sedangkan dalam klasifikasi, kita dapat membuat kriteria dari bagian-bagian kecil yang sama atau dalam bagian tertentu. Misalnya kuda adalah hewan, kelinci adalah hewan, monyet adalah hewan.
Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan berikut:
a.       Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya merupakan perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah sisi yang membentuknya,. Kita akan mendapatkan pembagian berikut:
Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih enam, (tiga sisi),(empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).
Jika kita membagi ‘bidang datar’ misalnya dengan: belah ketupat, bujur sangkar, jajaran genjang, maka kita tidak membagi berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan tertentu dari segi empat.
Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum divisionis. Syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan spesia yang langsung di bawah generanya. Jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesia diatasnya yang diloncati.
b.      Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip tidak karuan). Contoh dari pembagian  yang overlap adalah membagi manusia menjadi; manusia berkulit putih, manusia Aria, manusia Asia, manusia penyabar. Di sini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia.
Pembagian yang benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, akan mengahasilkan spesia-spesia: manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah.
c.       Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang.
Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusia berkulit putih dan manusia berkulit hitam saja tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pula membagi agama wahyu Islam dan Yahudi saja.
Kita lihat bahwa pembagian dalam kehidupan sehari-hari berbeda dengan pembagian menurut logika. Pembagian daging menjadi irisan-irisan, pembagian roti menjadi potongan-potongan, pembagian upah kerja kepada anggota kelompok bukanlah pembagian logika, karena buka pembagian dari genera kepada spesia.

2.4 Penggolongan Klasifikasi
Jika dalam pembagian kita menguraikan denotasi suatu genera maka dalam penggolongan kita mencoba mengatur barang-barang dalam kelompok spesia. Jadi antara pembagian dan penggolongan mempunyai arah bertentangan. Pembagian bergerak dari atas ke bawah, yakni dari genera kepada spesia, sedangkan penggolongan bergerak dari bawah ke atas, dari individu-individu menuju spesianya. Pengelompokkan barang-barang atas golongan tertentu, didasarkan atas persamaan atribut dan perbedaannya. Barang-barang yang mempunyai persamaan tertentu dikelompokkan ke dalam golongan yang sama dan barang-barang yang mempunyai ciri berbeda dengan kelompok pertama digolongkan ke dalam golongan yang lain pula.
Kita menghadapi barang-barang seperti: melati, besi, kenanga, mawar, timah, emas, cempaka, pacar sore, tembaga dan platina. Melati, kenanga, mawar, cempaka dan pacar sore mempunyai persamaan-persamaan yang sangat menonjol sehingga dapat kita kelompokkan dalam golongan ‘bunga’. Besi, timah, emas, tembaga dan platina tidak bisa dikelompokkan dalam golongan ‘bunga’, tetap kesemuanya mempunyai ciri yang sama sehingga kita masukkan dalam golongan ‘logam’.
Jadi dengan kemiripan dasar yang dimiliki oleh individu barang-barang itulah penggolongan dilaksanakan. Pengetahuan kita tidak lain adalah penggolongan barang-barang atas golongan tertentu. Jika indera kita menangkap suatu obyek, yang mula-mula kita kita lakukan adalah berusaha menemukan jenisnya (generanya), kemudian membandingkan dengan barang lain yang tercakup dalam jenis itu. Jika kita tidak dapat menemukan kedalam jenis yang sudah kita kenal, maka kita dalam keadaan bimbang, artinya kita tidak bisa memberikan identifikasi barang tersebut.
Ada dua macam penggolongan, penggolongan alam dan penggolongan buatan. Penggolongan alam adalah penggolongan yang disusun atas kecerdasan kita, seperti penggolongan melati, mawar, kenanga dan pacar sore ke dalam golongan ‘bunga’.
Penggolongan buatan adalah penggolongan yang didasarkan atas satu sifat. Dikatakan ‘buatan’ karena penggolongan itu dimaksudkan untuk mengabdi tujuan tertentu. Contoh dari penggolongan ini misalnya penyusunan kata dalam kamus, penyusunan buku dalam perpustakaan, pengelompokkan barang-barang di toko. Penggolongan ini bertujuan untuk mendapatkan kemudahan sejauh mungkin. Penggolongan, baik penggolongan alam maupun penggolongan buatan dinamakan juga klasifikasi dalam arti sempit.

2.5 Macam-Macam Klasifikasi
Beradasarkan jumlah kelasnya, maka terdapat dua macam klasifikasi yakni: klasifikasi sederhana dan klasifikasi kompleks.
Klasifikasi disebut sederhana apabila jumlah subkelasnya hanya dua. Klasifikasi sederhana ini juga disebut klasifikasi dikotomi (dari bahasa Yunani dicha = menjadi dua dan temmein = memotong). Misalnya: kendaraan dapat diklasifikasi menjadi kendaraan bermesin dan kendaraan tidak bermesin. Kelas manusia dapat dibagi menjadi dua, yakni perempuan dan laki-laki.
Sedangkan yang disebut klasifikasi kompleks ialah jumlah subkelasnya lebih dari dua. Misalnya: alat transportasi dibagi menjadi: transportasi darat, udara, dan air/laut. Benda dapat dibagi menjadi: benda padat, benda cair, dan benda gas.

2.6 Hukum-Hukum Klasifikasi
Untuk menyusun klasifikasi yang benar diperlukan beberapa aturan yang harus dipenuhi, antara lain:
a.      Klasifikasi harus lengkap
Bila suatu pengertian diklasifikasikan, maka subkelasnya yang berada dalam lingkup pengertian tersebut harus disebutkan atau diungkapkan secara lengkap dan tidak boleh ada yang dilupakan. Misalnya: untuk mengklasifikasikan makhluk hidup, kita tidak boleh hanya menyebutkan manusia dan hewan, tanpa menyebutkan tumbuh-tumbuhan. Adalah tidak lengkap kalau alat transportasi hanya diklasifikasikan menjadi ‘transportasi darat’ dan ‘transportasi udara’. Sedangkan ‘transportasi laut’ dilupakan.
b.      Klasifikasi harus sunggug-sungguh memisahkan
 Klasifiakasi tidak boleh menimbulkan pemahaman berlebihan di antara subkelasnya, karena itu batas-batas antar subkelas harus diberi pemisah yang jelas. Misalnya, mengelompokkan nilai mahasiswa menjadi “0-30 = E; 31-50 = D; 51-70 = C; 71-90 = B; 91-100 = A”.
c.       Klasifikasi harus menggunakan dasar yang sama dan konsisten
 Maksudnya dalam membuat klasifikasi tidak boleh menggunakan lebih dari satu prinsip atau kriteria. Mengklasifikasikan dengan menggunakan lebih dari satu prinsip mencerminkan si pembuat klasifikasi tidak konsisten. Misalnya, mengklasifikasikan ‘atap’ mejadi ‘atap sirap’, ‘atap ijuk’, ‘atap genting’, ‘atap daun’, ‘atap biru’, ‘atap seng’, ‘atap bulat’. Di sini tampak digunakannya prinsip atau kriteria yang sama. Ada kriteria bahan (ijuk, daun, seng, genting), ada kriteria warna (biru) dan ada kriteria bentuk (bulat).
d.      Klasifikasi harus sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
 Maksud dari hukum ini adalah agar klasifikasi yang dilakukan benar-benar memungkinkan tercapainya suatu tujuan dengan menangkap point yang ditujukan. Misalnya: Jika Universitas ‘Aman Mandiri Jaya’ ingin mengadakan ‘sensus’ untuk mengetahui jumlah mahasiswanya menurut daerah provinsi masing-masing, maka hanya kriteria ini saja yang digunakan. Kita tidak perlu mengklasifikasikan latar belakang kehidupan mahasiswa, agama mereka, dan sebagainya. Jika seorang ekonom ingin mengetahui pendapatab rata-rata penduduk Indonesia, maka ia tidak perlu mengklasifikasikan penduduk berdasarkan: wilayah, agama, ideologi, suku, adat istiadat, dan sebagainya. Alangkah lebih tepat jika ekonom tersebut membuat klasifikasi berdasarkan pekerjaan masing-masing orang dalam usia kerja.

e.       Klasifikasi harus dilakukan secara rapi
Untuk dapat memperoleh hasil yang memuaskan, klasifikasi dalam penyusunannya harus dilakukan secara bertahap dab terperinci dan menuntut ketelitian yang tinggi tanpa adanya tumpang tindih atau yang terlewatkan. Misalnya ‘substansi’, tidak dapat langsung diklasifikasi menjadi ‘yang hidup’ dan ‘yang tidak hidup’. Sebelumnya substansi harus diklasifikasi menjadi “yang material’ dan yang non-material’. Baru kemudian substansi material diklasifikasi menjadi ‘yang hidup’ dan ‘yang tidak hidup’.
f.       Klasifikasi harus menggunakan kriteria yang jelas
Alasan yang digunakan untuk mendasari klasifikasi harus jelas, bukan ambigu. Misalnya: kita akan membuat klasifikasi mahasiswa berdasarkan panjang pendeknya rambut mereka. Janganlah kita memakai ukuran panjang pendek. Sebab panjang pendek itu relatif. Sebaiknya kita menggunakan ukuran yang pasti, misalnya panjang 30 cm dan pendek 0,5 cm.
g.      Klasifikasi jangan menyederhanakan realita yang sebenarnya
Klasifikasi adalah cara untuk membantu kita mengerti sesuatu. Oleh karena itu, maka peyederhananaan realita akan menimbulkan pengertian yang keliru. Misalnya, kita menggolongkan manusia menjadi dua kelas, yakni pandai dan bodoh, atau gemuk dan kurus, kaya dan miskin.








BAB III
Kesimpulan

Klasifikasi Ialah pekerjaan akal untuk menganalisa, membagi-bagi, menggolong-golongkan, dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut kesamaan dan perbedaannya.
 Penggunaan klasifikasi dalam berpikir sesuatu terlebih dahulu harus diselidiki lingkungan dari jenis sesuatu tersebut kemudian menentukan lingkungan jenis sesuatu tersebut.
Aturan-aturan penggolongan
·         Penggolongan harus lengkap
·         Penggolongan harus sungguh-sungguh memisahkan
·         Penggolongan harus menurut dasar atau garis yang sama
·         Penggolongan harus cocok untuk tujuan yang hendak dicapai
  


DAFTAR PUSTAKA

Djoko S, Warsito F. 2011. Logika. Jakarta: PT Indeks
Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika, Asas-asas penalaran sistematis.
Yogyakarta: Kanisius
Mundiri. Logika. 2006. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

W. Poespoprodjo. 1999Logika Ilmu Menalar. Bandung:Pustaka Grafika.
Share:
Location: Banda Aceh, Kota Banda Aceh, Aceh, Indonesia

1 comment: