BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Media
massa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Peran
komunikasi sangat menentukan dalam penyampaian informasi maupun suatu kebijakan
pemerintah. Sejalan dengan tingkat perkembangan teknologi komunikasi yang kian
pesat, maka metode komunikasi pun mengalami perkembangan yang pesat pula. Namun
semua itu, mempunyai aksentuasi sama yakni komunikator menyampaikan pesan, ide,
dan gagasan, kepada pihak lain (komunikan). Hanya model yang digunakannya berbeda-beda.
Bila
dirinci secara lebih kongkrit, metode komunikasi dalam dunia kontemporer saat
ini yang merupakan pengembangan dari komunikasi verbal dan non-verbal meliputi
banyak bidang, antara lain jurnalistik, hubungan masyarakat, periklanan,
pameran/eksposisi, propaganda, dan publikasi. Berdasarkan metode dalam
komunikasi seperti tersebut tadi, semakin jelas kiranya, bahwa propaganda
menjadi salah satu metode dalam komunikasi.Tentunya, karena propaganda menjadi
bagian dari kegiatan komunikasi, maka metode, media, karakteristik unsur
komunikasi (komunikator, pesan, media, komunikan) dan pola yang digunakan, sama
dengan model-model komunikasi lain. Oleh karena itu, unsur komunikasi secara
umum juga berlaku bagi propaganda.
Menghadapi
pemilu 2014,
media massa memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting. Sebagai langkah
awal perbaikan politik untuk mencapai keberhasilan pemerintahan yang
demokratis, sangat ditentukan peran media massa dalam mempropagandakan
pesan-pesan yang penuh harapan kepada masyarakat sebagai upaya pemulihan
krisismultidimensional. Apabila pelaksanaan pemilu 2004 mendapat dukungan dari
sebagian masyarakat maka akan berdampak pada jalannya pemerintahan selanjutnya.
B. RumusanMasalah
1.Apaperan media massadalamkehidupanbermasyarakat?
2.apaperandanpengaruh media massadalamduniapolitik?
3.Apafungsi media massa di Indonesia?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Peran
Media Massa DalamKehidupanBermasyarakat
Media
massa dapat merubah gaya hidup atau budaya lokal setempat, dengan cara
mempengaruhi (persuade) cara berfikir suatu kelompok atau kalangan masyarakat
tertentu agar menyukai atau mengikuti suatu hal yang baru atau asing bagi
mereka. Pengaruh dari media massa tersebut dapat berdampak positif maupun
negatif dan dapat berwujud dalam suatu proses modernisasi ataupun westernisasi.
Menurut
McQuail (2000: 102) bahwa, “the mass media are largely responsible for what we
call either mass culture or popular culture, and they have ‘colonized’ other
cultural forms in the process” (media massa bertanggung jawab atau mempunyai
peran besar terhadap apa yang disebut kebudayaan massa atau budaya populer, dan
dalam prosesnya media massa telah ‘menjajah’ bentuk budaya lain). Dengan
demikian media massa dapat mensosialisasikan dan menanamkan budaya populer negara
Barat di negara Asia, contohnya: berbagai produk ataupun gaya hidup Barat
dengan mudahnya diterima oleh masyarakat Asia seperti minuman kaleng Coca Cola,
makanan cepat saji (seperti: McDonald’s, KFC, Pizza Hut), celana jeans, musik
dan para penyanyi Barat (seperti: Madonna, Justin Timberlake, atau Rihanna).
Melalui televisi dan majalah, penyebarluasan budaya atau gaya hidup yang
berlaku di negara Barat dilakukan dengan cara yang sangat menarik di
negara-negara Asia. Ditayangkannya berbagai film barat yang mengangkat gaya
hidup Barat yang bebas dan individualis mampu merubah kelakuan (attitude) dan
perilaku (behavior) masyarakat timur di negara-negara Asia, khususnya para
remaja.
Bisa
dikatakan, sebagian besar remaja Asia juga menganggap bahwa kebudayaan asing
seperti mengkonsumsi produk Barat atau mengikuti gaya hidup masyarakat barat
adalah sesuatu yang modern dan dapat menambah wawasan mereka. Saat ini, gaya
hidup masyarakat di Indonesia pun menunjukkan suatu transisi, karena kebudayaan
Timur yang berlaku telah “terjajah” oleh kebudayaan asing yang dianggap lebih
modern, praktis dan bebas. Hal ini tentunya memberikan dampak negatif bagi
perkembangan budaya lokal setempat (budaya timur) yang seharusnya dilestarikan
dan diterapkan oleh remaja Indonesia pada umumnya. Dari cara berpakai, ragamnya
restoran franchise asing, selera musik hingga cara berbahasa di Indonesia sudah
banyak dipengaruhi oleh budaya barat. Sangatlah jelas bahwa proses ini termasuk
dalam unsur westernisasi.
Di
lain hal, media massa pun mempunyai dampak yang positif apabila arahnya menuju
proses modernisasi, misalnya: sosialisasi gaya hidup yang positif dan modern
yang tidak menimbulkan pengikisan budaya lokal setempat. Dalam kehidupan
sehari-hari, contoh kongkritnya ialah fungsi media dalam menginformasikan ilmu
pengetahuan, inovasi pendidikan maupun teknologi terbaru. Perusahaan asing
dunia yang bergerak pada bidang teknologi (misalnya: komputer, peralatan rumah
tangga dan kendaraan) menggunakan media massa untuk memperkenalkan inovasi terbaru
dari produk mereka, baik berbentuk iklan komersil ataupun liputan berita.
Secara tidak langsung, informasi yang ditayangkan memberikan pengetahuan baru
bagi masyarakat luas dan mampu membuat masyarakat luas untuk segera menggunakan
barang-barang tersebut. Masyarakat yang dulunya membersihkan lantai rumah
dengan cara menyapu, sekarang sudah dapat menggunakan vacuum cleaner. Teknologi
komunikasi pun semakin marak dengan adanya iklan-iklan televisi maupun majalah
yang menampilkan perkembangan inovasi yang dimiliki produk-produk telepon
genggam ataupun internet. Dengan mudahnya masyarakat terpengaruh oleh media
massa untuk menggunakan produk-produk terbaru demi untuk mengikuti perkembangan
teknologi yang semakin hari semakin cepat.
B.
Media
Massa Sebagai
Subsistem
Dari
Sistem
Politik
Sebagaimana
telah dibahas di atas bahwa begitu besarnya peran media massa dalam kehidupan
masyarakat, yang mampu mempengaruhi dan merubah cara berpikir suatu kelompok
masyarakat. Kekuatan media massa ini juga digunakan oleh pemerintah maupun
suatu kelompok masyarakat tertentu di suatu pemerintahan untuk mempengaruhi
opini publik. Dalam dunia politik pun media massa digunakan sebagai alat
penyampaian informasi dan pesan yang sangat efektif dan efisien.
Sebagaimana
juga dijelaskan oleh Lasswell (1972), bahwa “the study of politics is the study
of influence and the influential” (ilmu tentang politk adalah ilmu tentang
pengaruh dan kekuatan pengaruh).
Tampilan
media massa akan mengemban beberapa fungsi yang menggambarkan kedemokrasian dalam
pemberitaannya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan subsistem dari sistem politik
yang ada.
Menurut
Gurevitch dan Blumer (1990:270) fungsi-fungsi media massa adalah:
1.
Sebagai pengamat lingkungan dari kondisi sosial politik yang ada.
Media
massa berfungsi sebagai alat kontrol sosial politik yang dapat memberikan
berbagai informasi mengenai penyimpangan sosial itu sendiri, yang dilakukan
baik oleh pihak pemerintah, swasta, maupun oleh pihak masyarakat. Contoh
penyimpangan-penyimpangan seperti praktik KKN oleh pemerintah, penjualan pasir
ke Singapura yang mengakibatkan tujuh pulau hilang dan tenggelam (suatu
kerugian yang lebih besar dari sekadar perebutan pulau Sipadan dan Ligitan),
perilaku masyarakat yang tidak tertib hukum/anarkis, polemik Susno-Polri, dan
lain-lain. Berbagai permasalahan sosial tersebut akan membuka mata kita bahwa
telah terjadi sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang ada.
2.
Sebagai pembentuk agenda (agenda setting) yang penting dalam isi
pemberitaannya.
Pembentukan
opini dengan cara pembentukan agenda atau pengkondisian politik sehingga
masyarakat terpengaruh untuk mengikuti dan mendukung rencana-rencana
pemerintah. Contohnya: wacana pembatasan subsidi BBM untuk sepeda motor, SKPP
Bibit-Candra, dan lain-lain.
3.
Media massa merupakan platform (batasan) dari mereka yang punya advokasi dengan
bukti-bukti yang jelas bagi para politisi, jurubicara, dan kelompok
kepentingan.
Ada
pembagian lain dari komunikator politik, yaitu yang disebut dengan komunikator
profesional (Carey, 1969). Pembagian ini muncul karena kemajuan-kemajuan dalam
dunia teknologi komunikasi. Sehingga ada batasan/pembagian tugas dan peranan
penyampaian pesan politik.
4.
Media massa mampu menjadi tempat berdialog tentang perbedaan pandangan yang ada
dalam masyarakat atau diantara pemegang kekuasaan (yang sekarang maupun yang
akan datang).
Media
massa sebagai sarana untuk menampung berbagai pendapat, pandangan, dan
paradigma dari masyarakat yang ingin ikut andil dalam membangun sistem politik
yang lebih baik.
5.
Media massa merupakan bagian dari mekanisme penguasa untuk mempertahankan
kedudukannya melalui keterangan-keterangan yang diungkapkan dalam media massa.
Hal
ini kerap terjadi pada masa Orba, ketika masa Presiden Soeharto berkuasa yang
selalu menyampaikan keberhasilan-keberhasilan dengan maksud agar masyarakat
mengetahui bahwa pemerintahan tersebut harus dipertahankan apabila ingin
mengalami kemajuan yang berkesinambungan.
6.
Media massa bisa merupakan insentif untuk publik tentang bagaimana belajar,
memilih, dan menjadi terlibat daripada ikut campur dalam proses politik.
Keikutsertaan
masyarakat dalam menentukan kebijakan politik bisa disampaikan melalui media
massa dengan partisipasi dalam poling jajak pendapat dan dialog interaktif.
Hasil dari poling atau jajak pendapat tersebut akan merefleksikan arah
kebijakan para politisi.
Seperti
hasil poling akhir-akhir ini dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat pemilih
pada pemilu 2009, mengharapkan pemerintah hasil Pemilu dapat memprioritaskan
perbaikan ekonomi. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang memilih untuk
prioritas pemberantasan korupsi. Hal ini yang menjadi kekhawatiran para aktivis
anti korupsi bahwa hasil itu akan mempengatuhi arah kebijakan pemerintah
sebagai kecenderungan sebagian besar kelompok masyarakat.
7.
Media massa bisa menjadi penentang utama terhadap semua upaya dari
kekuatan-kekuatan yang datang dari luar media massa dan menyusup ke dalam
kebebasannya,integritasnya, dan kemampuannya di dalam melayani masyarakat.
Fakta-fakta
kebenaran yang diungkapkan oleh media massa dapat menyadarkan masyarakat
tentang adanya kekuatan-kekuatan berupa terorisme atau premanisme, maupun
intimidasi dari pihak-pihak tertentu yang mencoba mengkaburkan suatu
permasalahan.
8.
Media massa punya rasa hormat kepada anggota khalayak masyarakat, sebagai
kelompok yang punya potensi untuk peduli dan membuat sesuatu menjadi masuk akal
dari lingkungan politiknya.
Adanya
kecenderungan dalam menilai para politisi, komunikator politik, aktivis adalah
sebagai pihak yang selalu bicara dengan publik. Oleh karena itu Bryce (1900)
menyatakan bahwa khalayak komunikasi (khususnya dalam komunikasi politik) pada
umumnya akan terpusat pada masalah opini publik.
Dari
gambaran di atas mengenai fungsi media massa dalam kaitannya sebagai alat politik,
maka semakin jelas bahwa peran media massa sangat besar dalam kekuasaan
pemerintahan. Pendapat ini juga dipertegas dengan pernyataan Harold Lasswell,
bahwa Politik tidak bisa dipisahkan dari pengertian kekuasaan dan manipulasi
yang dilakukan oleh para elit penguasa atau counter elite.
C.
Fungsi Media Massa Komunikasi Di Indonesia
Pelaksanaan
komunikasi politik di Indonesia tentu tidak terlepas dari kebebasan pers. Di
era keterbukaan yang dikenal dengan istilah masa global, peranan pers sebagai
sarana komunikasi politik di Indonesia sangat penting untuk menyalurkan
berbagai kebijakan kepada masyarakat, baik yang datang dari atas maupun bawah.
Setelah
berakhirnya Rezim Soeharto, pada tanggal 21 Mei 1998, akibat gerakan mahasiswa
yang menuntut reformasi, maka semasa pemerintahan Presiden B.J Habibie
cengkeraman pemerintah terhadap pers dihapuskan. Namun kebebasan pers digunakan
secara berlebihan sehingga orang mulai bicara tentang kebablasan pers. Meskipun
dari pihak penguasa berkurang intervensinya, kelompok-kelompok penekan timbul
dalam masyarakat yang bertindak anarkis terhadap pers.
Selama
kebebasan pers dapat dipertahankan, kemungkinan lebih besar dalam abad
informasi ini bagi pesatnya perkembangan pers Indonesia dan menjelma sebagai
the fourth estate di samping eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Sistem
politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa
berbagai frekuensi tidak hanya terhadap dinamika politik, melainkan juga
terhadap dinamika sistem lainnya yang menunjang penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembangunan sistem politik yang
demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah
Republik Indonesia, dan makin memperkokoh persatuan dan kesatuan Indonesia yang
akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan
kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sistem
komunikasi politik di Indonesia dikembangkan dengan dasar komunikasi yang bebas
dan bertanggung jawab. Setiap media massa bebas memberitakan suatu hal selama
tidak bertentangan dengan aturan yang berlaku, tidak membahayakan kepentingan
negara dan masyarakat. Di samping itu media massa juga berfungsi menyuarakan
suara pembangunan dan program-program kerja pemerintah, menyuarakan ide-ide
politik, membina tumbuhnya kebudayaan politik kemudian memelihara dan
mewariskannya pada generasi pelanjut.
BAB
III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Sistem
komunikasi Pemerintah, belum mempunyai strategi sistem komunikasi untuk
memberdayakan masyarakat. Seharusnya ada sistem komunikasi nasional, sehingga
dapatlah dibicarakan subsistem media cetak dan siaran. Pemerintah harus
membekali para wartawan agar berita-berita yang ditampilkan dapat menggambarkan
situasi demokrasi yang faktual dan mengajak masyarakat Indonesia untuk ikut
serta dalam membangun sistem poltik Indonesia yang lebih baik.
Media
massa di Indonesia diharapkan juga dapat mendidik masyarakat agar lebih
memahami ilmu politik praktis dan perkembangan situasi politik nasional yang
sebenarnya, dan media massa harus mampu menampilkan pemberitaan secara adil
(fairness) dan faktual (factual/accurate) walaupun menganut azas kebebasan
pers. Sistem dan dinamika media massa di suatu negara pun dapat dijadikan tolak
ukur untuk menilai sistem demokrasi yang dianut oleh negara tersebut.
Oleh
karena itu pemerintah diharapkan dapat me-manage seluruh media massa sebagai
alat untuk pembangunan politik, sesuai dengan harapan seluruh masyarakat. Jadi
berita yang ditampilkan tidak selalu memojokkan pemerintahan yang berkuasa dan
cenderung sekadar menjatuhkan, tetapi seharusnya menjadi sarana kritik yang
konstruktif dan objektif bagi kelangsungan pembangunan yang demokratis.
DAFTAR
PUSTAKA
Johanes,
Richard L. 1996. Ethics in Human Communication (Third Edition), Etika Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Macnmara,
Jim. 1999. How to Handle The Media, Strategi Jitu Menjinakkan Media, Ada
Saatnya Media Perlu Dihadapi. Jakarta: Mitra Media Publisher.
McQuail,
Dennis. 2000. McQuail’s Mass Communication Theory, 4th Edition. New Delhi: SAGE
publications Ltd.
Rachmadi,
F. 1990. Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: Gramedia.
Rice,
E. Ronald, William J.Paisley (ed). 1982. Public Communication Campaigns.
London: Sage Publications
0 comments:
Post a Comment