Tuesday, April 11, 2017

Pengertian komunikasi tradisinoal

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sifat manusia untuk selalu menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain merupakan wujud awal keterampilan manusia dalam berkomunikasi. Keterampilan ini dimulai dengan komunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Tidak ada data autentik yang menyebutkan kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Kemampuan ini kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk berkomunikasi dalam mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Pada perkembangan yang lebih jauh lagi, usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Mereka mendirikan tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dengan daerah luar dengan menggunakan perahu, rakit, atau sampan. Cangara (2007:4) menambahkan bahwa pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang. Penduduk Asia Tenggara bertani dan mengarungi samudera dengan membaca lambang-lambang isyarat melalui gejala alam, seperti posisi bintang dan gerakan air laut. Selain itu masyarakat Sumeria dan Mesopotamia yang menuangkan tulisannya dalam lempengan tanah liat, kulit binatang, dan batu arca.
Berbagai bentuk kehidupan manusia di masa lampau tersebut sebenarnya merupakan sebuah bentuk komunikasi, yaitu komunikasi tradisional yang merupakan generasi pertama dari berbagai bentuk komunikasi yang kita kenal sekarang. Pada masa itu sebagian besar masyarakat berkomunikasi menggunakan cara tradisional dan melalui media yang masih bersifat tradisional pula, sehingga cara komunikasi semacam itu disebut sebagai komunikasi tradisional.
Bertolak dari bermacam peristiwa di masa lampau tersebut, terbukti bahwa komunikasi tradisional merupakan titik awal yang membangun cerita mengenai perjalanan komunikasi manusia yang sebenarnya telah ada sejak zaman Yunani Kuno dalam bentuk tradisi retorika. Komunikasi tradisional menjadi cikal bakal perkembangan komunikasi manusia yang sangat berperan dalam pengembangan komunikasi ke arah yang lebih modern.
Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, komunikasi tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat zaman modern. Oleh karena itu pemahaman mengenai komunikasi tradisional sangat diperlukan mengingat komunikasi tradisional merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan komunikasi manusia. Pembahasan mengenai komunikasi tradisional akan dibahas secara lebih rinci pada bab selanjutnya.
Pada era modern dimana komunikasi tradisional sudah mulai tersisihkan, pemahaman mengenai peranan dan esensi komunikasi tradisional sangat diperlukan, terutama bagi para pembelajar ilmu komunikasi. Makalah ini disusun guna membahas secara lebih detail peranan dan esensi komunikasi tradisional yang meliputi segala macam bentuknya, media komunikasi yang digunakan, kelebihan serta kekurangannya


BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian
Komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain, dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi modern.
Pada zaman dahulu, komunikasi tradisional dilakukan oleh masyarakat primitif dengan cara yang sederhana. Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan jarang digunakan, namun masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakan komunikasi tradisional, misalnya masyarakat pedesaan di daerah menggunakan Bali, contohnya: tari kecak .
            Pada dasarnya komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambamg-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikan). (Carl I. Hovland, 2007, hal 68).
Pada definisi komunikasi di atas, disebutkan bahwa ‘komunikator’ adalah orang yang menyampaikan rangsangan. Harrold Lasswell mengatakan: komunikator atau sering disebut juga sumber (source), pengirim (sender), penyandi (encoder), pembicara (speaker), atau originator. Komunikator adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara.
Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komuniaktor memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan jalanya kominikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi , dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas. (Cangara, Hafied. 2012, hal 99).
Sekalipun fungsinya sama yaitu sebagai pengirim pesan, sebetulnya masing-masing istilah itu memiliki ciri khas tersendiri,terutama tentang sumber. Seorang sumber bisa jadi komunikator/pembicara. Sebaliknya, seorang komunikator/sumber tidak selalu sebagai sumber. Bisa jadi ia menjadi pelaksana (eksekutor) dari seorang sumber untuk menyampaikan pesan kepada khalayak ramai atau individu. Sebagai Seorang komunikator komunikasi tradisional mampu memahami dan memiliki keahlian retorika atau public speaking.

2.2 Syarat-syarat menjadi komunikator yang baik
Diperlukan persyaratan tertentu untuk para komunikator dalam sebuah program komunikasi, baik dalam segi sosok kepribadian maupun dalam kinerja kerja. Dari segi kepribadian, agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh khalayak maka seseorang komunikator mempunyai hal berikut (Ruben&Stewart, 1998; 105-109):
1.      Memiliki kedekatan (proximility) dengan khalayak. Jarak seseorang dengan sumber memengaruhi perhatiannya pada pesan tertentu. Semakin dekat jarak semakin besar pula peluang untuk terpapar pesan itu. Hal ini terjadi dalam arti jarak secara fisik ataupun secara sosial.
2.      Mempunyai kesamaan dan daya tarik sosial dan fisik. Seorang komunikator cenderung mendapat perhatian jika penampilan fisiknya secara keseluruhan memiliki daya tarik (attractiveness) bagi audiens.
3.      Kesamaan (similirity) merupakan faktor penting lainnya yang memengaruhi penerimaan pesan oleh khalayak. Kesamaan ini antara lain meliputi gender, pendidikan, umur, agama, latar belakang sosial, ras, hobi, dan kemampuan bahasa. Kesamaan juga bisa meliputi masalah sikap dan orientasi terhadap berbagai aspek seperti buku, musik, pakaian, pekerjaan, keluarga, dan sebagainya. Preferensi khalayak terhadap seorang komunikator berdasarkan kesamaan budaya, agama, ras, pekerjaan, dan pendidikan berpengaruh terhadap proses seleksi, interpretasi, dan pengingatan pesan sepanjang hidupnya. Evert M. Rogers (1995;286:287) menyebut kesamaan antara komunikator dan khalayak dengan prinsip homofili antara kedua belah pihak ini sangat efektif bagi penerimaan pesan. Tetapi kadang-kadang diantara keduanya terjadi hubungan yang bersifat heterofili, suatu keadaan yang tidak setara anyata sumber dan target sasaran.
4.      Dikenal kredibilitasnya dan otoritasnya. Khalayak cenderung memerhatikan dan mengingat pesan dari sumber yang mereka percaya sebagai orang yang memiliki pengalaman dan atau pengetahuan yang luas. Menurut Ferguson, ada dua faktor kredibilitas yang sangat penting untuk seorang sumber: dapat dipercaya (trustworthiness) dan keahlian (expertise). Faktor-faktor lainnya adalah tenang/sabar (compusere), dinamis, bisa bergaul (sociability), terbuka (extroversion) dan memiliki kesamaan dengan audiens. Menunjukkan motivasi dan niat. Cara komunikator menyampaikan pesan berpengaruh terhadap audiens dalam memberi tanggapan terhadap pesan tersebut. Respon khlayakakan berbeda menanggapi pesan yang ditunjukkan untuk kepentingan informasi (informative) dari pesan yang diniatkan untuk meyakinkan (persuasive) mereka.
5.      Pandai dalam cara penyampaian pesan. Gaya komunikator menyampaikan (delivery) pesan juga menjadi faktor penting dalam proses penerimaan informasi.
6.      Dikenal status, kekuasaan dan kewenangannya. Status di sini menunjuk kepada posisi atau ranking baik dalam struktur sosial maupun organisasi. Sedangkan kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) mengacu pada kemampuan seseorang memberi ganjaran (reward) dan hukuman (punishment).

Source Of Credibility
Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan. Kepercayaan komunikan kepada komunikator ditentukan oleh keahlian komunikator dalam bidang tugas pekerjaannya dan dapat tidaknya ia dipercaya. Seorang ahli hukum akan mendapat kepercayaan apabila ia berbicara mengenai masalah hukum. Demikian pula seorang dokter akan memperoleh kepercayaan kalau ia membahas masalah kesehatan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan bahwa pesan yang disampaikan kepada komunikan dianggap benar dan sesuai dengan kenyataan empiris. Jadi seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya ethos pada dirinya yaitu apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman yaitu good sense, good moral character dan good will, yang oleh para cendikiawan modern diterjemahkan menjadi itikad baik (good intentions), dan dapat dipercaya (thrustworthiness) dan kecakapan atau kemampuan (competence or expertness). Berdasarkan hal itu komunikator yang ber-ethos menunjukkan bahwa dirinya mempunyai itikad baik, dapat dipercaya dan mempunyai kecakapan dan keahlian (Effendy, 2007:306).

2. 3 Tugas Komunikator
Dari satu sisi komunikator adalah mereka yang menyampaikan gagasan dan informasi kapada pihak lain. Tetapi di sisi lain sang komunikator wajib mendengar. Dengan kemampuan untuk mendengar aspirasi komunikan atau pihak yang lain ternyata komunikasi  lebih bisa dimengerti. Membuat orang lain mengerti memang penting, sebab gagasan kita bisa masuk dan bisa terlaksana. Berusaha untuk berhenti bicara dan mendengarkan apa yang menjadi gagasan orang lain, sebaliknya membuat komunikasi berjalan timbal balik disusul adanya saling pengertian antara pihak-pihak yang terkait di dalam sebuah organisasi. Ayat-ayat untuk menjadi komunikator yang efektif, dari sisi mendengar aspirasi adalah:
Berhentilah bicara
Sebab begitu kita mulai membuka mulut, usaha kita ditujukan sepenuhnya untuk membuat orang lain mengerti. Rangkaian argumen yang kita ungkapkan hanya untuk memperkuat posisi. Belajar untuk berhenti bicara bukanlah persolan yang mudah terutama bagi orang-orang yang merasa memiliki jabatan penting dan menganggap orang yang dihadapinya lebih rendah posisinya.
Biarkan orang lain bicara dengan leluasa
Sebab apa yang dipikirkan dan juga dirasakan orang lain merupakan energi yang kuat untuk bekerja atau berhenti bekerja. Biarkan orang lain memiliki kesempatan yang cukup nyaman untuk mengutarakan segala gagasannya. Sering kali ide-ide brilian justru muncul dari arah yang tidak pernah kita sangka-sangka sebelumnya. Syarat untuk menjaring ide-ide cemerlang adalah kemampuan untuk menahan diri tidak menyela pembicaran orang lain.
Berikan apresiasi dan perhatian kepada pembicara
Sebab sesederhana apapun yang disampaikan seorang pembicara, perlu diketahui adanya gunung es yang masih tersembunyi dibalik keberanian si pembicara untuk membuka mulut. Jangan ada keinginan untuk memotong pembicaraan orang lain dengan alasan bahwa waktu rapat sangat terbatas atau dengan mengatakan sebaiknya gagasan orang itu dituliskan saja.
Janganlah menyela dan mengganggu pembicara
Sebab pembicara ingin sekali mendapatkan perhatian, memalingkan wajah pun sangat mengganggu perasaan dari pembicara. Sangat tidak dibenarkan bila kita memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara, sementara kita menulis atau membaca koran, misalnya. Kalaupun pembicara dan pendengar itu terhalang oleh hiasan bunga di meja, kita perlu segera memindahkannya. Biarkan si pembicara tuntas menyuarakan pikirannya.
Berusaha mencermati uraian yang disampaikan dengan memperhatikan segala hal yang terkait kita harus bisa melihat pesan itu dari isi, bahasa dan konteks yang muncul dalam pembicaraan. Pemahaman terhadap karakter pembicara pun sangat berguna untuk mengambil intisari pembicaraannya. Usahakan untuk bersabar mendengar pembicaraan sehingga kita tidak perlu menyela dan segera ingin menjawab sesuai dengan argumen yang kita yakini. Jika kesabaran kita bisa dirasakan oleh pembicara, kita berada pada posisi yang aman.
Berusaha untuk menahan segala macam emosi yang mungkin muncul sebagai reaksi spontan atas pembicaraan yang disampaikan. Kebalikan dengan sikap sabar, kalau kita mengumbar emosi dan naik pitam, segala pertimbangan kita menjadi negatif dan tidak akan menyelesaikan masalah. Seandainya kita merasa perlu berargumen, sampaikan dengan cara yang santun dan bijaksana sebab usaha memberikan kesempatan berbicara adalah sarana komunikasi yang saling menguntungkan, tidak untuk memenangkan satu pihak terhadap pihak lainnya.
Gunakan strategi bertanya untuk menggali informasi lebih dalam sebab selalu ada hal-hal yang tak terungkap atau belum sempat diutarakan oleh seseorang yang berbicara. Bertanya menjadi sarana untuk memastikan keinginan pembicara yang sebenarnya. Berhentilah bicara sebab betapapun pentingnya pikiran kita, kita belum akan bisa memberikan kesempatan orang lain untuk berbicara bila kita tidak menahan mulut untuk bersuara. Strategi mendengar yang efektif adalah dengan diam dan menyimak pembicaraan. Ini juga bisa menjadi waktu bagi kita untuk berpikir lebih jernih.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka kesimpulannya komunikator ialah pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Untuk itu, seorang komunikator harus terampil berkomunikasi , dan juga kaya ide serta penuh daya kreativitas. Sebagai Seorang komunikator komunikasi tradisional mampu memahami dan memiliki keahlian retorika atau public speaking. Dalam proses komunikasi seorang komunikator akan sukses apabila ia berhasil menunjukkan source credibility, artinya menjadi sumber kepercayaan bagi komunikan.
3.2  saran
Sebagai seorang komunikator kita di harapkan untuk memahami dan memiliki keahlian berbicara yang baik, agar audience mengerti apa yang komunikator bicarakan, Dan diharapkan hasil penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.


                          DAFTAR PUSTAKA

Cangara, Hafied.2012. Pengantar Ilmu Komunikasi edisi kedua. Jakarta : Rajawali
Pers.
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Mulyana, Deddy.2013. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.

Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Share:
Location: Banda Aceh, Kota Banda Aceh, Aceh, Indonesia

0 comments:

Post a Comment